Breaking News

Pelaku Pemalsuan Rekening Gunakan Teknologi AI untuk Verifikasi Wajah saat Aktivasi Akun

Jakarta – Kepolisian berhasil mengungkap modus kejahatan baru dalam dunia perbankan yang melibatkan teknologi canggih. Seorang pelaku pemalsuan rekening diketahui menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memalsukan verifikasi wajah selama proses aktivasi akun bank secara daring. Kasus ini menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi dapat disalahgunakan untuk tindak pidana.

Modus operandi pelaku terbilang canggih. Dengan memanfaatkan algoritma AI, pelaku mampu menciptakan gambar wajah palsu yang sangat realistis, sehingga dapat melewati sistem keamanan berbasis biometrik yang biasanya digunakan bank untuk memverifikasi identitas nasabah. Sistem tersebut dirancang untuk mendeteksi keaslian wajah manusia, namun ternyata bisa dikelabui oleh teknologi AI generatif.

“Kami menemukan bahwa pelaku menggunakan deepfake untuk memalsukan wajah seseorang. Teknologi ini memungkinkan mereka membuat video atau gambar wajah yang tampak seperti asli, sehingga sistem verifikasi tidak dapat mendeteksi adanya kejanggalan,” ujar seorang penyidik kepolisian dalam konferensi pers, Jumat (11/10).

Keberhasilan pelaku dalam menjalankan aksinya telah menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi beberapa korban. Pelaku diduga membuka rekening palsu dengan identitas orang lain, kemudian melakukan transaksi ilegal atau penipuan menggunakan akun tersebut. Aksi ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga berpotensi merusak kepercayaan publik terhadap sistem keamanan perbankan digital.

Pihak bank yang menjadi target kejahatan ini telah bekerja sama dengan kepolisian untuk meningkatkan sistem keamanannya. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengintegrasikan teknologi pendeteksi deepfake ke dalam proses verifikasi. “Kami sedang mengembangkan metode baru untuk memastikan bahwa sistem kami lebih tangguh terhadap serangan semacam ini,” kata perwakilan dari salah satu bank terkait.

Para ahli keamanan siber memperingatkan bahwa kasus ini hanyalah permulaan dari ancaman yang lebih besar. Dengan semakin mudahnya akses ke teknologi AI, risiko penyalahgunaan akan terus meningkat. “Ini adalah alarm bagi semua pihak untuk lebih waspada. Tidak hanya bank, tetapi juga lembaga lain yang menggunakan verifikasi biometrik harus segera memperbarui sistem keamanannya,” ujar seorang pakar keamanan siber.

Masyarakat juga diimbau untuk lebih berhati-hati dalam melindungi data pribadi mereka. Penggunaan teknologi AI untuk kejahatan seperti ini menunjukkan bahwa informasi seperti foto atau video wajah dapat disalahgunakan jika jatuh ke tangan yang salah. Oleh karena itu, penting untuk membatasi berbagi data sensitif di platform digital.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa kemajuan teknologi adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memberikan kemudahan dan inovasi, namun di sisi lain, ia juga membuka celah bagi tindakan kriminal yang semakin canggih. Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat akan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini di masa depan.


Discover more from Berita Terkini

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Leave a Reply

Discover more from Berita Terkini

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading