
Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat perekonomian nasional melalui pengembangan sektor pertambangan emas yang lebih terstruktur. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, atau BRI, dalam sebuah diskusi ekonomi pada Selasa (27/2). Menurutnya, pendirian “Bank Emas” —sebuah lembaga yang mengelola dan memfasilitasi transaksi emas secara formal—dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga Rp245 triliun .
Apa Itu Bank Emas?
Konsep Bank Emas adalah inisiatif untuk membentuk sistem pengelolaan emas secara terintegrasi, mulai dari penambangan, pemurnian, hingga distribusi dan perdagangan emas di pasar domestik maupun internasional. Saat ini, banyak aktivitas penambangan emas di Indonesia yang masih berlangsung secara informal atau ilegal, sehingga potensi ekonominya tidak sepenuhnya terserap oleh negara.
Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa dengan adanya Bank Emas, seluruh rantai nilai emas dapat dikelola secara formal dan transparan. “Saat ini, banyak tambang emas rakyat yang belum tercatat secara resmi. Dengan Bank Emas, kita bisa menyerap produksi mereka ke dalam sistem formal, sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian,” ujar Sunarso.
Dampak Ekonomi yang Signifikan
Menurut analisis BRI, jika semua aktivitas penambangan emas di Indonesia dimasukkan ke dalam sistem formal melalui Bank Emas, maka kontribusi sektor ini terhadap PDB nasional dapat mencapai Rp245 triliun per tahun. Angka ini setara dengan sekitar 1,5% dari total PDB Indonesia pada tahun 2023, yang mencapai sekitar Rp16.000 triliun.
Selain itu, Bank Emas juga berpotensi meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan royalti. Saat ini, sebagian besar tambang emas rakyat tidak membayar pajak karena beroperasi di luar sistem formal. Dengan adanya regulasi yang mendukung Bank Emas, pemerintah dapat mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor ini.
“Bayangkan, jika semua tambang emas rakyat masuk ke dalam sistem formal, kita bisa menghasilkan devisa yang besar dari ekspor emas, sekaligus meningkatkan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah tambang,” tambah Sunarso.
Tantangan Implementasi
Meskipun potensinya besar, implementasi Bank Emas tidak akan mudah. Salah satu tantangan utama adalah merangkul para penambang emas rakyat yang selama ini bekerja secara informal. Banyak dari mereka enggan beralih ke sistem formal karena khawatir biaya operasional akan meningkat akibat regulasi dan pajak.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dan BRI berencana memberikan insentif kepada para penambang rakyat, seperti subsidi teknologi pemurnian emas dan akses pembiayaan murah. “Kami akan menyediakan skema pembiayaan khusus melalui BRI untuk mendukung penambang rakyat agar bisa masuk ke dalam sistem formal,” kata Sunarso.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan program ini. Para penambang perlu dipahamkan tentang manfaat jangka panjang dari bergabung dengan sistem formal, seperti perlindungan hukum, akses pasar yang lebih luas, dan harga jual emas yang lebih kompetitif.
Peran Teknologi dan Digitalisasi
Teknologi juga akan memainkan peran penting dalam pengembangan Bank Emas. Melalui digitalisasi, seluruh transaksi emas—mulai dari pembelian, penjualan, hingga distribusi—dapat dilacak secara real-time. Hal ini tidak hanya meningkatkan transparansi, tetapi juga meminimalkan praktik ilegal seperti penyelundupan emas.
BRI sendiri telah mengembangkan platform digital yang dapat digunakan untuk mendukung operasional Bank Emas. Platform ini akan memudahkan penambang rakyat untuk menjual hasil tambang mereka langsung ke pasar formal tanpa melalui perantara yang sering kali memotong harga secara tidak adil.
Harapan untuk Masa Depan
Keberadaan Bank Emas diharapkan tidak hanya meningkatkan kontribusi sektor tambang emas terhadap PDB, tetapi juga mendorong inklusi keuangan di kalangan penambang rakyat. Dengan masuknya mereka ke dalam sistem formal, mereka dapat mengakses layanan perbankan seperti pinjaman modal usaha dan tabungan.
Pengamat ekonomi, Dr. Andi Wijaya, menyambut baik gagasan ini namun menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. “Bank Emas adalah langkah besar untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam kita. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada dukungan regulasi dan partisipasi aktif semua pihak,” ujarnya.
Kesimpulan
Bank Emas bukan hanya sekadar konsep, tetapi sebuah solusi strategis untuk mengoptimalkan potensi tambang emas Indonesia yang selama ini belum sepenuhnya tergarap. Dengan kontribusi hingga Rp245 triliun terhadap PDB, program ini dapat menjadi salah satu pilar baru pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, keberhasilannya bergantung pada kemampuan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan implementasi dan memastikan bahwa manfaatnya dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Akankah Bank Emas menjadi jawaban atas optimalisasi potensi tambang emas Indonesia? Jawabannya ada di tangan kita bersama. Semoga langkah ini dapat membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang.
Discover more from Berita Terkini
Subscribe to get the latest posts sent to your email.